MRT Jakarta itu ‘Overrated’
Buat yang setiap hari pake transportasi umum di Jakarta mungkin bisa ngerasain. Sebenernya saya juga bukan orang yang expert soal transportasi umum, tapi ini berdasarkan pengalaman saya ketika pergi pake transportasi umum, khususnya MRT.
Pada awal kemunculannya, saya sebagai orang dari luar Jakarta menganggap bahwa “keren banget sekarang ada transportasi kayak di film-film”. Mungkin banyak juga orang yang berpikiran seperti itu sehingga pada awalnya orang-orang penasaran buat naik MRT, abis itu foto-foto dan upload media sosial. Hal ini wajar karena MRT seperti impian orang-orang, stasiunnya di bawah tanah, aesthetic, pokoknya udah kaya di luar negeri deh.
Gak jarang juga MRT ini dianggap sebagai destinasi wisata untuk orang-orang non Jakarta. Sering terdengar “eh ke Jakarta yuk jalan-jalan naik MRT”. Ya gimana lagi, orang MRT cuma ada di Jakarta.
Berdasarkan pengalaman saya menggunakan tranportasi umum di Jakarta, kayaknya MRT ini paling ‘overrated’ deh. Biar fair, mari kita bedah dari kelebihan hingga kekurangan MRT Jakarta. Udah pasti ini subjektif ya.
Stasiunnya Aesthetic
Betul memang beberapa Stasiun MRT ini keren banget, terutama stasiun-stasiun yang ada di bawah tanah. Gak heran orang-orang suka foto-foto di stasiun ini dan dijadikan tempat untuk jalan-jalan. Stasiunnya juga bisa dibilang luas dengan papan petunjuk yang gak bikin bingung. Fasilitasnya lengkap mulai dari toilet, tempat ibadah, jajanan, dan lain-lain. Pokoknya emang 10/10 banget stasiun bawah tanahnya!
Integrasi yang Memadai
Buat yang bingung, integrasi yang dimaksud ini adalah penghubung dari beberapa jenis transportasi umum yang ada. Misal, abis naik MRT bisa lanjut KRL atau Transjakarta, kurang lebih seperti itu. Nah, integrasinya ini udah bagus. Sepengalaman saya integrasi terbaik ada di Stasiun MRT Dukuh Atas dengan Stasiun Sudirman dan BNI City. Hal ini membuat orang-orang bisa menuju ke suatu tujuan dengan transportasi yang berbeda. Kalo kalian bingung buat ganti transportasi atau transit di daerah sini, tanya aja sama petugas.
Integrasi lain yang menarik perhatian saya yaitu Stasiun MRT ASEAN. Ketika anda turun dari stasiun, bakalan ketemu banyak pintu keluar yang terhubung langsung dengan banyaknya rute Transjakarta. Ini sangat membantu banget, tapi memang membingungkan. Lebih baik tanyakan petugas jika kalian mau lanjut menggunakan Transjakarta.
Ada juga Stasiun MRT Blok M yang langsung terhubung dengan Terminal Transjakarta Blok M. Ini juga membantu kalo mau lanjut menggunakan Transjakarta. Lalu Stasiun MRT Blok A yang langsung terhubung dengan toko elektronik. Yang ini bercanda doang.
Hanya Ada 2 Rute
Dari foto di atas, MRT cuma ada 2 rute, Lebak Bulus Grab ke Bundaran HI dan sebaliknya. Bisa dibilang, MRT ini hanya ada di Jakarta Pusat sampai ujung Jakarta Selatan. Untuk daerah lain bisa menggunakan KRL atau Transjakarta. Artinya, MRT ini belum menjangkau beberapa daerah di Jakarta.
Dengan rute seperti ini, wajar saja kalo MRT lebih sepi dibandingkan KRL dan Transjakarta. Memang integrasinya sangat membantu, tapi dengan rute seperti ini agak percuma karena MRT belum bisa menjangkau banyak daerah seperti KRL dan Transjakarta.
Tarifnya Mahal
MRT Jakarta punya tarif yang bervariasi, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 14.000. Harga ini terhitung mahal jika dibandingkan KRL dan Transjakarta. KRL memiliki tarif Rp 3.000 hingga Rp 5.000, sedangkan Transjakarta memiliki tarif Rp 2.500 hingga Rp 3.500.
Kalo liat dari situs resmi MRT Jakarta, tarif MRT ditentukan dari seberapa dekat atau jauh jarak yang dituju. Jika hanya melewati satu atau dua stasiun maka akan terhitung murah, sebaliknya jika melewati beberapa stasiun maka akan semakin mahal.
Entah bagaimana perhitungan tarif ini, tapi menurut saya tarif ini cukup mahal. Jika anda hanya naik sekali atau dua kali sih gak akan merasa mahal, tapi kalo anda naik tiap hari untuk bekerja atau aktivitas lainnya pasti ini akan terasa mahal. Apalagi anda harus melanjutkan perjalanan dengan transportasi umum lainnya.
Kesimpulan dari tulisan ini sebenarnya MRT punya kelebihan dan kekurangan, tapi bagi saya dengan tarif yang mahal dan cuma ada 2 rute membuat MRT jadi ‘overrated’. Apa lah artinya stasiun yang bagus dan integrasi yang memadai kalo tarifnya bisa dikategorikan sebagai transportasi umum yang relatif mahal. Ditambah lagi cuma ada 2 rute yang mungkin menjadi alasan orang-orang belum menjadikan MRT sebagai pilihan.